Selasa, 31 Mei 2011

Doa sesudah sholat dhuha


ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

 Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Minggu, 29 Mei 2011

Mengapa LPG bukan LNG?

OPINI | 10 May 2011 |
Kasus meledaknya tabung LPG belakangan ini seharusnya menjadikan pemerintah mengevaluasi kembali penggunaan LPG sebagai salah satu alternatif bahan bakar. Kondisi keamanan tabung serta distribusi yang belum merata menjadi salah satu kendala konversi minyak tanah kepada LPG yang dinilai lebih hemat dan lebih mudah. Namun harus diingat LPG juga bukan sumber bahan bakar yang berkelanjutan seperti hal-nya minyak bumi, karena pada dasarnya LPG juga berasal dari sumber yang sama hanya saja berbentuk gas. Namun hingga saat ini pemerintah masih belum berminat mengembangkan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan gas alam (LNG) padahal dari segi jaminan pasokan dan kemudahan distribusi jika jaringan pipanisasi gas sudah terbangun maka harga gas alam (LNG) akan lebih murah jika dibandingkan penggunaan LPG tabung. Penggunaan tabung selain harus memiliki standard keamanan yang bagus, biaya perawatan serta pengangkutan juga menjadi pertimbangan dalam menentukan harga LPG sedangkan jika distribusi gas alam dengan pipa maka masyarakat cukup membayar biaya pemasangan dan penggunaan sedangkan biaya perawatan pipa akan dihitung setiap masa penggantian atau perbaikan pipa rusak.
Mengapa LPG? Seperti diketahui secara kimia LPG adalah campuran gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) dengan perbandingan tertentu umumnya 95% propana dan 5% butana, propana memiliki perbandingan cukup besar karena  nilai bakar-nya yang tinggi sedangkan butana dicampurkan supaya sifat gas LPG lebih berat daripada udara jika kandungan butana terlalu besar maka akan mengurangi nilai bakar LPG dan menjadikan penggunaan LPG lebih boros namun jika butana terlampau sedikit maka LPG akan lebih mudah menguap dan jika terjadi kebocoran tabung gas akan segera mengakibatkan ledakan. LPG merupakan gas yang keluar dari hasil proses penyulingan minyak bumi dan gas inilah yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar untuk alat transportasi dan kebutuhan rumah tangga. Pada suhu dan tekanan ruangan LPG berbentuk uap jenuh yaitu campuran antara liquid dan gas, jika terlepas ke udara LPG bisa menjadi uap namun ada sebagian kecil yang mengembun selain itu LPG merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau sehingga demi keamanan diberi campuran bau-bauan untuk indikasi kebocoran. LPG lebih mudah dicairkan dan disimpan dalam tabung, mengapa demikian? Titik didih LPG rata-rata adalah-42 derajat C sedangkan suhu tabung penyimpan umumnya 30-32 derajat Celcius dan tekanan dalam tabung 850 kPa. Tekanan dalam tabung yang dijaga konstan inilah yang menyebabkan titik didih LPG naik sehingga campuran gas dan liquid didalamnya tidak mudah terbakar. Dengan tekanan sebesar 850 kPa tersebut material serta ketebalan tabung lebih mudah didesain dibandingkan dengan gas alam yang membutuhkan suhu lebih rendah untuk pembentukan liquid serta tangki penyimpan dengan ketebalan lebih besar.
Bagaimana dengan gas alam atau LNG? Gas alam yang dicairkan atau biasa disebut LNG berbeda sifat dan karakteristiknya dengan LPG. LNG terdiri dari methana (CH4) dan pada suhu serta tekanan ruangan berbentuk gas seperti halnya propana yang tidak berwarna dan tidak berbau. Namun methana ini lebih sulit untuk dicairkan karena titik didihnya mencapai -161 derajat Celcius. Oleh karena itu pencairan dengan suhu sampai minus 161 derajat Celcius membutuhkan biaya yang cukup besar jika dibandingkan dengan LPG yang bisa dicairkan dalam rentang suhu 60-80 derajat Celcius. LNG juga memiliki nilai bakar yang lebih rendah 38 MJ/meter kubik dibandingkan LPG sebesar 95MJ/meter kubik. Namun kelebihan gas alam adalah sumbernya saat ini lebih banyak dibandingkan LPG karena gas alam adalah gas yang tidak terikat dengan minyak bumi. Gas alam memiliki tersendiri dan pengeborannya tidak serumit LPG yang berasal dari minyak bumi. Gas alam ini bisa juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga namun tidak bisa menggunakan tabung biasa seperti halnya LPG karena menjaga kondisi tabung dalam suhu minus 161 derajat Celcius membutuhkan material yang lebih mahal dan insulasi yang lebih banyak oleh karena itu gas alam akan lebih bagus jika disalurkan dengan jalur perpipaan. Gas alam hanya akan dicairkan jika akan didistribusikan ke wilayah-wilayah dimana tidak bisa dibangun jaringan perpipaan seperti distribusi antar pulau atau antar negara yang dibatasi samudera.
Bagaimana dengan pengembangan jaringan distribusi di Indonesia? Sayangnya hingga kini pembangunan jaringan pipanisasi gas alam di Indonesia belum banyak dibangun, termasuk pembangunan gasifikasi LNG di pulau-pulau yang tidak bisa terjangkau oleh pipa LNG. Indonesia termasuk negara nomor 9 sebagai penghasil gas alam terbesar di dunia dengan cadangan terbukti 97,8 trilyun meter cubic namun kebutuhan gas alam tersebut lebih banyak diekspor ke negara lain seperti Jepang dan Korea serta China sedangkan kebutuhan dalam negeri sendiri masih kurang diperhatikan.
Dari grafik diatas maka dapat dilihat bahwa produksi LNG di Indonesia makin meningkat seiring dengan konsumsi namun juga diikuti dengan angka ekspor. Padahal di dalam negeri kebutuhan gas alam makin meningkat setelah harga minyak dunia naik sehingga banyak industri dan pembangkit listrik di Indonesia membutuhkan pasokan gas alam untuk kelangsungan produksinya. Kendala yang terbesar saat ini adalah kurangnya jaringan infrastruktur (perpipaan,stasiun gasifikasi,pengukuran) di Indonesia serta masih adanya capaian target ekspor migas oleh pemerintah guna memenuhi APBN. Diharapkan dengan semakin langka dan mahalnya harga minyak dunia pemerintah mulai beralih kepada gas alam dan fokus dalam pembangunan jaringan distribusi di seluruh wilayah Indonesia mengingat cadangan gas alam Indonesia yang suatu saat juga akan habis dan perlu pengembangan lagi dari sumber lain seperti CBM atau biogas.

Yan Provinta Laksana

Seorang yang belajar menulis dan berharap tulisannya bermanfaat untuk orang lain


Menguak Rahasia Sumber Energi Masa Depan Bag. 2 (Dimethyl Ether)



OPINI | 22 August 2010 |
Konversi bahan bakar minyak tanah yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan LPG sebagai bahan bakar utama dalam kehidupan masyarakat sehari-hari telah mencapai tahap akhir. Namun sayangnya di tengah-tengah upaya pemerintah untuk mengurangi beban subidi anggaran untuk energi tersebut dinodai oleh kasus buruknya kualitas tabung LPG yang beredar di masyarakat sehingga mengakibatkan peristiwa meledaknya tabung LPG dan memakan korban jiwa di kalangan masyarakat. Penyelidikan tentang kasus buruknya kualitas tabung telah dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini adalah PERTAMINA sebagai institusi yang diberikan amanah untuk menjalankan program konversi bahan bakar tersebut. Namun yang pasti hendaknya peristiwa meledaknya tabung LPG belakangan ini tidak menyurutkan langkah untuk mengkonversi bahan bakar dari minyak tanah ke LPG.
Pertanyaannya mengapa LPG? Dari segi kuantitas dan kualitas bahan bakar memang harus diakui sebenarnya penggunaan LPG bisa dikatakan lebih murah dibanding minyak tanah namun harus diakui selain faktor harga LPG merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan juga karena emisi karbon yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan minyak tanah. Jika menilik ketersediaan cadangan gas yang ada di Indonesia berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah 112,47 trilliun standard cubic feet (TSFC) dan potensial 56,70 trilliun standard cubic feet (TSFC) sehingga total yang diperoleh adalah 170,07 trilliun standard cubic feet (TSFC). Bandingkan dengan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia 3747,5 million metric standard barel (MMtSB) dan potensial 4471,72 million metric standard barel (MMtSB). Data diatas cukup menyebutkan bahwa cadangan gas di tanah air cukup melimpah walaupun masih ada kendala berupa kandungan gas alam di Indonesia masih banyak mengandung gas karbon dioksida hingga 70%. Proses pemisahan karbon dioksida dari gas alam saat ini bisa dikatakan cukup mahal, salah satu teknologi yang digunakan adalah cryogenic yaitu pemisahan gas berdasar titik didih dengan menggunakan tekanan tinggi. Namun peralatan dan proses yang dilakukan cukup rumit dan menggunakan teknologi terkini sehingga jika dijual ke masyarakat harganya tidak akan kompetitif. Selain itu harus disadari bahwa LPG juga merupakan hasil produk bumi, perlu dipahami LPG berbeda dengan LNG karena LPG merupakan gas yang terdapat di minyak bumi berupa campuran propana (C3-) dan butana (C4-) sedangkan LNG adalah gas methana (C1-). LPG adalah gas yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi sedangkan LNG adalah gas yang dihasilkan langsung dari perut bumi setelah mengalami proses pemisahan atau pemurnian dari gas pengotornya.
Perlu disadari juga bahwa ketersediaan LPG ini juga akan mengalami degradasi atau penurunan sumber cadangannya. Seperti yang diketahui LPG bukan sumber energi terbarukan seperti halnya biogas atau biofuel, LPG berasal dari minyak bumi sehingga suatu saat cadangannya juga akan menipis. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengganti LPG dengan gas lain seperti biogas namun dari segi kemudahan penggunaan LPG masih unggul dibandingkan biogas karena mudah disimpan dalam tabung sedangkan untuk menyimpan biogas yang berupa methana diperlukan tabung khusus yang memiliki spesifikasi untuk gas methana.
Dimethyl ether atau DME adalah salah satu alternatif sumber bahan bakar yang mulai dilirik sebagai pengganti LPG dimasa yang akan datang. Mengapa DME? Salah satu kelebihan DME adalah sifatnya yang tidak jauh berbeda dengan LPG. Beberapa perbandingan sifat bahan bakar dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Perbandingan Sifat Bahan Bakar

Sifat fisis dan kimia
DME
Propane
Methane
Diesel fuel
Rumus Kimia
CH3OCH3
C3H8
CH4
Titik Didih (C)
-25.1
-42.0
-161.5
180 - 370
Massa jenis cairan (g/cm3 @20C)
0.67
0.49
0.42
0.84
Viskositas cair (kg/ms @25C)
0.12-0.15
0.2
-
2 - 4
Massa jenis uap (vs. udara)
1.59
1.52
0.55
-
Tekanan uap (MPa @25C)
0.61
0.93
-
-
Ambang batas pembakaran (%)
3.4 - 17
2.1 - 9.4
5 - 15
0.6 - 6.5
Nomer Cetana
55-60
5
0
40 - 55
Nilai bakar/panas (kcal/Nm3)
14,200
21,800
8,600
-
Nilai bakar/panas (kcal/kg)
6,900
11,100
12,000
10,000

DME awalnya banyak digunakan sebagai propellant atau gas pendorong pada penggunaan spray di berbagai jenis aplikasi seperti kosmetik,alat-alat pertanian, dan lain-lain. Saat ini terdapat 150000 ton/tahun produksi DME diseluruh dunia namun dengan penemuan bahwa DME dapat menggantikan LPG dimasa yang akan datang maka produksi DME akan meningkat. DME yang dihasilkan tidak mengandung belerang atau nitrogen selain itu tidak memiliki kandungan racun seperti halnya LPG dan tidak korosif bahkan penggunaan tabung karet sintesis seperti acrylonitrile butadiene dapat menyimpan DME. Nilai bakar DME memang lebih rendah daripada LPG hanya 6900 kcal/kg dibanding LPG sebesar 11100 kcal/kg. Namun DME dalam bentuk gas memiliki nilai bahan bakar yang lebih tinggi dibandingkan biogas (methana) yaitu 14200 kcal/Nm3. DME tidak berbau dan berwarna pada suhu dan tekanan ruang serta mudah terdekomposisi pada lapisan trophosfer beberapa jam setelah mencapai udara sehingga tidak mengakibatkan kebocoran pada lapisan ozon. Sifat dan karakter DME yang mirip dengan LPG tersebut yang menjadikan DME sebagai bahan bakar dimasa yang akan datang baik untuk aplikasi rumah tangga dan kendaraan.
DME dapat diproduksi melalui dua cara yaitu proses langsung dan proses tak langsung, proses langsung yaitu menggunakan methanol sebagai bahan baku untuk dilakukan proses dehidrasi yaitu membuat methanol melepaskan air sehingga terbentuk dimethyl ether dan air sebagai produknya. Sedangkan proses tak langsung yaitu memanfaatkan gas methane atau hidrogen sebagai bahan baku untuk direaksikan dengan karbon monoksida sehingga membentuk dimethyl ether sebagai produk utama. Bahan baku untuk pembuatan dimethyl ether seperti methanol atau gas methane dapat diperoleh dari sumber alam secara langsung berupa gas alam dan biomassa seperti limbah pertanian dan peternakan. Dari sumber yang akan selalu ada tersebut terutama biomassa seperti limbah pertanian dan peternakan kita tidak perlu khawatir akan kelangsungan produksi dimethyl ether.
Sebagai gambaran umum reaksi pembentukan dimethyl ether dari bahan baku methanol dapat dilihat sebagai berikut :
2CH3OH —-à CH3OCH3 + H2O
Reaksi berjalan secara eksothermis (melepaskan panas) dan menggunakan katalis alumina hingga menghasilkan 80% produk dimethyl ether namun jika methanol yang digunakan adalah methanol murni maka produk yang dihasilkan bisa mencapai 92% dimethyl ether.
Sedangkan untuk proses tak langsung reaksi yang berlangsung secara bertahap, yaitu antara lain :
  1. 3CO + 3H2 —à CH3OCH3 + CO2
  2. 2CO + 4H2 —à CH3OCH3 + H2O
  3. 2CO + 4H2 —à 2CH3OH
  4. 2CH3OH —à CH3OCH3 + H2O
  5. CO + H2O —à CO2 + H2
Reaksi tersebut merupakan reaksi tak langsung untuk menghasilkan dimethyl ether dan produknya lebih banyak dibandingkan dengan reaksi langsung. Sumber hidrogen bisa diperoleh dari proses gasifikasi dari bahan-bahan alam seperti sampah organik dan batu bara mentah/muda. Sampah organik disini adalah berupa bahan padat contohnya sekam padi, tongkol jagung, kulit kedelai, atau limbah pertanian yang bersifat padat. Sumber yang berasal dari limbah padat ini diyakini tidak akan mengganggu kelangsungan pangan bagi masyarakat karena untuk memperoleh gas hidrogen bukan berasal dari bahan pangan seperti yang biasa dilakukan pada biofuel pada umumnya.

 SUMBER:

Yan Provinta Laksana

Yan Provinta Laksana

www.kompasiana.com/yplaksana

 Seorang yang belajar menulis dan berharap tulisannya bermanfaat untuk orang lain








KONVERSI GAS SINTESIS (SYNGAS) MENJADI DIMETHYL ETHER DENGAN KATALIS BERPENYANGGA GAMMA ALUMINA

CONVERSION OF SYNTHESIS GAS (SYNGAS) TO DIMETHYL ETHER BY CATALYST SUPPORTED GAMMA ALUMINA



 SUMBER :   http://digilib.its.ac.id/ITS-PhD-3100006028111/7283

 
Created by :
LOURENTIUS, SURATNO ( )



SubjectGas sintesis
Methyl ether
Alt. Subject Methyl ether
KeywordKarbon monoksida
Hidrogen
Gas sintesis (syngas)
Katalis
Dimethyl ether
Konversi reaksi
Model kinetika reaksi katalitik
           

Jumat, 27 Mei 2011

Menanti DME Plant di Indonesia


sejauh ini setau saya belum pernah ada DME Plant di Indonesia. pertengahan tahun lalu sempat dikabarkan bahwa PT Pertamina dan PT Arrtu Mega Energie akan berkolaborasi untuk membangun DME Plant di daerah seputaran Eretan, Indramayu, Jawa Barat. berita yang saya dengar, akhirnya Arrtu Mega Energie jalan sendiri dan saat ini sedang menggarap fase engineeringnya bersama Lurgi, Jerman.
DME sendiri cukup menarik sebagai alternatif LPG. beberapa negara sudah memulainya seperti Jepang dan Australia.
aplikasinya di Indonesia? mari kita tunggu perkembangan dari project Arrtu Mega Energie ini yang diwartakan akan berkapasitas 2 x 400ribu TPA (ton-per-annum).
tentunya ini menjadi peluang menarik para EPC company untuk mulai mendalami teknologinya dan siap menyambut peluang-peluang project EPC DME Plant dimasa mendatang.
ilustrasi proses DME dapat diintip disini



berita lain tentang DME dari pme-indonesia.com seperti berikut…

Achmad Sofyan-PME Indonesia
JAKARTA-Terkait dengan rencana pemanfaatan Dimethyl Ether (DME) sebagai bagian dari pelaksanaan diversifisikasi energi dengan memanfaatkan berbagai sumber energi yang tersedia, Ditjen Migas akan segera menyusun buku putih mengenai DME.
Buku putih tersebut, menurut Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo, Selasa (5/1), berisi pelbagai hal mengenai DME, termasuk hasil penelitian yang dilakukan Lemigas dan PT Pertamina.
“Buku putih ini berisi banyak hal mengenai DME, mulai dari proses di hulu, karakteristik dan kinerja DME sebagai campuran LPG untuk bahan bakar kompor rumah tangga. Buku ini merupakan bahan usulan dari Menteri ESDM ke pemerintah untuk dibahas lebih lanjut,” kata Evita seperti dikutip situs ESDM.
DME adalah senyawa organik dengan rumus kimia CH3OCH3 yang dapat dihasilkan dari pengolahan gas bumi, batu bara dan sumber-sumber lain yang pemanfaatannya untuk bahan bakar. Sejumlah negara yang telah memanfaatkan DME sebagai bahan bakar adalah China dan Jepang.
Untuk Indonesia, diusulkan pemanfaatan DME sebagai blending dan subsitusi LPG sehingga dapat mengurangi impor LPG. Bahan baku DME yang potensial untuk dimanfaatkan adalah batu bara. Berdasarkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, cadangan batu bara tercatat 19,3 miliar ton yang dapat dimanfaatkan hingga 147 tahun. (PME-01/SGT)

Rabu, 25 Mei 2011

About DME

About DME
 
What is DME?
 
DME (dimethyl ether) is a clean, colorless gas that is easy to liquefy and transport. It has remarkable potential for increased use as an automotive fuel, for electric power generation, and in domestic applications such as heating and cooking.
DME can be derived from many sources, including renewable materials (biomass, waste and agricultural products) and fossil fuels (natural gas and coal).
DME has been used for decades in the personal care industry (as a benign aerosol propellant), and is now increasingly being exploited for use as a clean burning alternative to LPG (liquefied petroleum gas), diesel and gasoline.

Like LPG, DME is gaseous at normal temperature and pressure, but changes to a liquid when subjected to modest pressure or cooling. This easy liquefaction makes DME easy to transport and store. This and other properties, including a high oxygen content, lack of sulfur or other noxious compounds, and ultra clean combustion make DME a versatile and promising solution in the mixture of clean renewable and low-carbon fuels under consideration worldwide.
 
How is DME Produced?
DME can be produced from a variety of abundant sources, including natural gas, coal, waste from pulp and paper mills, forest products, agricultural by-products, municipal waste and dedicated fuel crops such as switchgrass.

World production today is primarily by means of methanol dehydration, but DME can also be manufactured directly from synthesis gas produced by the gasification of coal or biomass, or through natural gas reforming. Among the various processes for chemical conversion of natural gas, direct synthesis of DME is the most efficient.
 
 
DME: Multi-Use, Multi-Source Low Carbon Fuel
 
 
sumber IDA 
 
 
 

Minggu, 22 Mei 2011

DiMethyl Ether Sebagai Bahan Bakar Alternatif

DiMethylEther
Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Pencemaran udara yang disebabkan oleh transportasi sudah merupakan hal yang serius terutama di Indonesia, khususnya kota Jakarta. Akibat dari pencemaran ini terhadap kesehatan menimbulkan penyakit diantaranya penyakit saluran pernapasan. Salah satu usaha untuk mengurangi pencemaran udara karena bahan bakar minyak (BBM), Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta telah menetapkan bus Trans Jakarta meng-gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan dalam hal ini dipakai gas yaitu NGV (Natural Gas Vehicle) atau LGV (Liquefied Gas Vehicle).

Di dalam pemilihan bahan bakar alternatif yang harus dipertimbangkan diantaranya yaitu ramah lingkungan, efisiensi energi tinggi, dapat diperbaharui(renewable) dan drop in substitute (pengganti langsung) atau sedikit modifikasi pada komponen mesin. Gas hydrocarbon (HC) telah memenuhi syarat dan terbukti relatif lebih bersih dari BBM, namun gas HC tidak dapat diperbaharui dan sumbernya akan dapat habis dalam kurun waktu tertentu. Sehingga biosolar adalah salah satu alternatif pilihan dan sedang intensif dikembangkan di Indonesia, dengan bahan baku berasal dari minyak sawit (palm oil) dan biji jarak (jatropha nuts).


Disamping bahan bakar di atas ada bahan bakar alternatif lain yaitu DiMethylEther (DME) yang dapat diperbaharui dan kegunaannya adalah untuk mesin diesel serta untuk kompor gas sebagai bahan bakar di rumah tangga. DME memiliki mono struktur kimia yang sederhana (CH3-O-CH3) berbentuk gas pada ambient temperature (suhu lingkungan) dan dapat dicairkan seperti halnya Liquefied Petroleum Gas (LPG), sehingga infrastruktur untuk LPG dapat digunakan juga untuk DME. Bahan bakar ini adalah bahan bakar yang multi source (banyak sumber), dapat diproduksi dari berbagai bahan baku diantaranya natural gas, fuel oil, batubara, limbah plastik, limbah kertas, limbah pabrik gula atau biomass. Pada saat ini DME diproduksi dari natural gas yaitu melalui reaksi dehidrasi dari methanol dan penggunaannya sebagian besar adalah untuk aerosol propellant (gas pendorong) sebagai pengganti dari CFC (chlorofluorocarbon) pada hair spray atau deodorant serta penggunaan masih dalam jumlah terbatas sebagai bahan bakar rumah tangga berupa campuran (blended) DME-LPG.


Perkembangan DME

DiMethylEther adalah bahan kimia non toxic, senyawa yang tidak mengan-dung unsur Sulfur(S) dan Nitrogen(N), sehingga emisi SOx, Nox, Particulate Mater dan jelaga jauh lebih rendah dari solar, disamping tidak korosi terhadap metal.

Di China komersial Plant DME dengan kapasitas 30 ton per hari(10.000 ton/tahun) telah dibangun oleh Lituanhua Group Incorporation dengan lisensi teknologi dari Toyo Engineering Japan yang start up di bulan Agustus 2003. Dengan keberhasilan ini dilanjutkan pembangunan lagi dengan kapasitas yang lebih besar yaitu 110.000 ton per tahun dan telah start up akhir tahun 2005. Kemudian pada Desember 2006, China telah menandatangani lagi kerjasama pembangunan DME Plant antara Lituanhua Group dan Toyo Engineering dengan kapasitas jauh lebih besar lagi yaitu 1 juta ton per tahun di Provinsi Mongolia yang akan merupakan kilang DME terbesar di dunia.

Konsumsi DME di China saat ini se-kitar 120.000 ton per tahun, untuk kebu-tuhan aerosol propellant, bahan baku in-dustri kimia dan sebagian kecil digunakan untuk bahan bakar rumah tangga di-blending (campuran) antara DME dengan LPG. Di Jepang konsumsi DME sekitar 10.000 ton setahun, sebagian besar sebagai aerosol propellant untuk hair spray atau deodorant. Karena sifat dan kualitasnya hampir sama dengan LPG, maka Pemeritah Jepang telah merencanakan untuk mensubsitusi seba-gian pemakaian LPG dengan DME. Karena di masa datang pemakaian LPG akan meningkat dan kawasan Timur Tengah adalah merupakan sumber utamanya dari LPG. Kini Japan mengimpor LPG dari Timur Tengah sekitar 15 juta ton per tahun.

Di Swedia, dengan dukungan dari pemerin-tahnya dan Swedish Energy Agency telah men-sponsori dalam penelitian selama lima tahun (2006-2010) untuk pengem-bangan mesin diesel DME sebagai pengganti solar (gasoil). Perusahaan automotive Swedia yaitu Volvo telah mengem-bangkan mesin diesel DME untuk bus dan truk dan sampai saat ini memasuki tahap pembuatan mesin diesel DME generasi ketiga. Demikian juga perusahaan automotive Jepang, Nissan, dengan proyek mesin diesel DME, 6900 Cc type PW 25A DME untuk kendaraan berat


Proses Pembuatan DME

Proses pembuatan DME ada dua cara yaitu proses secara langsung dan proses tidak langsung. Proses tidak langsung adalah proses pembuatan methanol terlebih dahulu diikuti dehidrasi me-thanol dan pada reaktor terpisah disintesa DME. Proses langsung adalah proses dari pembentukan syngas (H2 & CO) disintesa menjadi DME.


Prospek DME di Indonesia

Bahan baku untuk membuat DME sangat banyak dan beragam, dapat dijumpai di negeri ini, dari natural gas, batubara, residu minyak, limbah plastik, limbah peternakan, limbah pabrik gula, limbah kertas dan masih banyak lagi.

Sebagai blended DME-LPG untuk rumah tangga mengatasi kekurangan LPG di masa datang, infrastruktur untuk itu telah tersedia dengan menggunakan sarana bisnis LPG, apalagi kebutuhan dunia terhadap LPG ke depan akan makin kompetitif didapat, sedangkan Indonesia mencanang-kan LPG sebagai pengganti kerosin (minyak tanah).

Sumber natural gas yang potensial dan belum dialokasikan peruntukannya perlu dipertimbang-kan untuk proyek DME guna mengantisipasi kebutuhan DME dunia.

Mengganti pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) pada aerosol propellant untuk hair spray, deodorant dan kebutuhan kosmetik lainnya.

Pengalaman teknologi proses untuk ini sudah dikuasai cukup lama oleh putra-putri Indonesia. Ambil saja contoh Kilang Methanol Bunyu, Kilang Methanol Bontang, dan proses sintesis lainnya yang ada di Pertamina. Teknologi DME yang sudah terbukti pun telah tersedia di dunia, dapat melaksanakan studi banding ke China yang sudah menggunakan DME sebagai bahan bakar rumah tangga yang berupa blended DME-LPG.
Diposkan oleh Admin di 16:29




bioetanoljogja.blogspot.com/2010/03/dimethylether.html

DME (Dimethyl Ether) Synthesis Process

DME (Dimethyl Ether) Synthesis Process

Proses Produksi Dimethyl Ether
Dimethyl ether merupakan sumber bahan bakar yang memproduksi energi yang bersih untuk masa depan. Keistimewaan DME tidak menghasilkan partikel zat (particulate matter) sebagai gas buangan saat digunakan sebagai pengganti bahan bakar diesel, dan sangat mudah diproduksi dari beberapa sumber seperti natural gas, batu bara, biomass, dan material lain yang sejenis. Proses sintesa DME dikembangkan oleh Mitsubishi Gas Chemical, saat ini diaplikasikan secara komersial dalam skala plant yang kecil. JGC mengembangkan, bekerja sama, untuk proses sintesa DME yang efektif untuk memproduksi beberapa ton DME per hari. Dalam teknologi, methanol sebagai bahan baku mentah sebagai natural gas ditreat untuk sintesa DME melalui proses tidak langsung, sehingga dengan proses dehidrasi methanol. Berikut ini flowsheet dari JGC:
Deskripsi Proses
Ini proses yang aku ambil dari artikel http://www.che.cemr.wvu.edu/publications/projects/dimethyl/dme-b.pdf
Berikut ini flowsheet proses sintesa DME :



Jual DME

 PT BUMI TANGERANG GAS INDUSTRY

Sell: DME ( Dimethyl Ether ) [Aug. 9, 2007 16:26:02]

DME ( dimethyl ether ) is an excellent aerosol propellant for products as follow: paint spray, hair spray, silicone products, perfume, deodorant, insecticide etc. We produce DME Gas in high quality for industrial, cosmetic and food grade

Origin:Indonesia
Pack. & Delivery:65 kgs, 500kgs, 700 kgs

 

Company Contact
   Name: Mr. Rachmad Yulianto [Marketing]
   E-mail: Send Message
   Mobile Number: 08161337497
   Phone Number: 62-254-400468/69
   Fax Number: 62-254-400470
   Address: Modern Industrial Estate Cikande Jl. Modern Industry IV Kav. 15
Serang 42186, Banten
Indonesia

Bahan Bakar Alternatif Dengan DiMethyl Ether

DiMethylEther (DME) merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti BBM. Layaknya biosolar, DME tergolong bahan alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat digunakan untuk mesin diesel serta untuk kompor gas sebagai bahan bakar rumah tangga.
MajariMagazine (Dec, 2008) – DME memiliki monostruktur kimia yang sederhana (CH3-O-CH3), berbentuk gas pada ambient temperature (suhu lingkungan), dan dapat dicairkan seperti halnya Liquefied Petroleum Gas (LPG) sehingga infrastruktur untuk LPG dapat juga digunakan untuk DME. DME adalah bahan bakar multi-source (dapat didapatkan dari banyak sumber), diantaranya dari gas alam, fuel oil, batubara, limbah plastik, limbah kertas, limbah pabrik gula, dan biomassa. Saat ini, DME diproduksi dari gas alam melalui reaksi dehidrasi metanol dan penggunaannya sebagian besar ditujukan untuk aerosol propellant (gas pendorong) pengganti CFC (chlorofluorocarbon) pada hair spray atau deodorant serta penggunaan yang terbatas sebagai bahan bakar rumah tangga berupa campuran (blending) DME-LPG.
Perkembangan DME
DiMethylEther termasuk bahan kimia tidak beracun, senyawa yang tidak mengandung unsur Sulfur (S) dan Nitrogen (N), sehingga memungkinkan emisi SOx, Nox, particulate matter, dan jelaga yang jauh lebih rendah dari solar. DME tidak bersifat korosif terhadap metal. Di China, pabrik DME komersial dengan kapasitas 30 ton per hari (10.000 ton/tahun) telah dibangun oleh Lituanhua Group Incorporation dengan lisensi teknologi dari Toyo Engineering Japan dan dioperasikan pada bulan Agustus 2003. Atas dasar keberhasilan ini, telah dilanjutkan pembangunan lainnya dengan kapasitas yang lebih besar (110.000 ton per tahun) dan telah dioperasikan pada akhir tahun 2005. Pada Desember 2006, China menandatangani kerjasama antara Lituanhua Group dan Toyo Engineering untuk pembangunan DME Plant dengan kapasitas 1 juta ton per tahun di Provinsi Mongolia, yang akan menjadi kilang DME terbesar di dunia.
Konsumsi DME di China saat ini diperkirakan mencapai 120.000 ton per tahun, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan aerosol propellant, bahan baku industri kimia, dan sebagian kecil digunakan untuk bahan bakar rumah tangga di-blending (campuran) antara DME dengan LPG. Di Jepang, konsumsi DME mencapai 10.000 ton per tahun, sebagian besar sebagai untuk aerosol propellant pada hair spray atau deodorant. Karena sifat dan kualitasnya yang hampir sama dengan LPG, Pemeritah Jepang merencanakan untuk mensubsitusi sebagian pemakaian LPG dengan DME.
Pemerintah Swedia, bersama Swedish Energy Agency, tengah melakukan penelitian pengembangan mesin diesel DME sebagai pengganti solar (gas oil) dan dijadwalkan akan selesai pada tahun 2010. Perusahaan otomotif Swedia, Volvo, telah mengembangkan mesin diesel DME untuk bus dan truk dan saat ini telah memasuki tahap pembuatan mesin diesel DME generasi ketiga. Demikian juga Nissan dari Jepang dengan proyek mesin diesel DME, 6900cc tipe PW 25A DME untuk kendaraan berat.
Proses Pembuatan DME
DME dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu melalui proses langsung dan proses tidak langsung. Melalui proses tidak langsung, methanol disintesis terlebih dahulu, diikuti dengan reaksi dehidrasi methanol, dan pada reaktor terpisah DME akan disintesis. Pda proses pembentukan langsung, syngas (H2 & CO) disintesis menjadi DME.
Prospek DME di Indonesia
Bahan baku pembuatan DME sangat beragam dan dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari gas alam, batubara, residu minyak, limbah plastik, limbah peternakan, limbah pabrik gula, hingga limbah kertas. Penggunaan blending DME-LPG untuk rumah tangga akan mengantisipasi kekurangan LPG di masa yang akan datang. Selain itu, sumber gas alam yang potensial dan belum teralokasikan dapat dipertimbangkan sebagai bahan baku pabrik DME di Indonesia guna mengantisipasi kebutuhan DME dunia: subsituen chlorofluorocarbon (CFC) pada aerosol propellant untuk hair spray, deodorant, dan kebutuhan kosmetik lainnya.
(inra/Pertamina, Wiki, SH)