Selasa, 13 Agustus 2013

PENELITIAN PENGARUH FRAKSI KEROSIN DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KARAKTERISTIKNYA DAN KINERJA MESIN

Cahyo Setyo Wibowo, ST, MT; Ir. Maymuchar, MT; Ir. Reza Sukaraharja, MT; Ir. Herry Widhiarto, M.Si; Dimitri Rulianto, ST, MT; Riesta Anggarani, M.Eng; Lies Aisyah, M.Suist.Adv; Dra. Emi Yuliarita; Lutfi Aulia, ST
Contact : 0817815599
TAHUN 2010


Penelitian ini adalah untuk meneliti sejauh mana fraksi kerosin dapat dimasukan kedalam fraksi minyak solar 48 terhadap karakteristik dan kinerja mesin, sehingga dapat memanfaatkan semaksimal mungkin fraksi kerosin  yang kini tertumpuk di Kilang sebagai dampak program pengalihan minyak tanah dengan LPG.

Dari hasil-hasil uji kinerja tiga percontoh minyak solar MS-1, MS-2, MS-3 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi campuran kerosin dalam minyak solar cenderung menurunkan daya mesin, meningkatkan konsumsi bahan bakar spesifik dan memperbaiki tingkat emisi asap dan nitrogen oksida, sehingga perlu dicermati dampaknya terutama untuk sektor industri, transpotasi maupun pembangkit daya listrik yang tentunya berujung pada kenaikan biaya produksi, menurunkan kemampuan bersaing.

1.   Kondisi Operasi Mesin Uji

Selama uji ketahanan pada mesin diesel injeksi langsung dengan menggunakan minyak solar MS-2 (80% minyak solar + kerosin 20%.), MS-3 (60 % minyak solar + kerosin 40%) dibandingkan dengan kinerja minyak solar referensi MS-1 (100% minyak solar) tidak dijumpai adanya gangguan teknis yang berkaitan dengan perbedaan sifat-sifat fisika kimia MS-1, MS-2 dan MS-3. Kondisi operasi mesin berlangsung normal selama pengujian.

2.   Hasil Uji Kinerja

Hasil pengujian Kinerja percontoh minyak solar uji rata-rata MS-2, MS-3  dibandingkan dengan kinerja minyak solar referensi MS-1 (100% minyak solar) adalah :

1.    Torsi menurun sekitar 0,9 % dan 1.58 %

2.    Daya turun sebesar 6,42 % dan 12,84 %

3.    Konsumsi bahan bakar spesifik lebih tinggi 4,86 % dan 8,65 %

4.    Smoke lebih rendah 7,0 % dan 8,7 %

5.    Nitrogen Oksida (NOx) lebih rendah 1,2 % dan 1,9 %.

3.   Hasil Uji Ketahanan

Pengamatan deposit bagian-bagian mesin MS-2, MS-1 terhadap MS-0 :

1.    Debit aliran nozel lebih tinggi 1,15% dan 1,43%

2.    Piston : deposit < 1,8% dan 2,6%, rating lebih bersih 0,68 % dan 0,86%.

3.    Katup isap : deposit < 1,24% dan 1,57 %, rating lebih bersih 1,32% dan 1,87%

4.    Katup buang : deposit < 1,89% dan 2,30%, rating lebih bersih 1,12% dan 1,48%.

5.   Lubrisitas

Berdasarkan hasil-hasil uji kinerja terbatas dan uji ketahanan serta emisi gas buang (smoke dan nitrogen oksida) tersebut di atas maka pencampuran kerosin dalam minyak solar perlu dikaji lebih lanjut terhadap komponen dari pompa bahan bakar mengingat semakin besarnya tekanan injeksi pada motor diesel.

STUDI PENENTUAN KEBUTUHAN ANGKA OKTAN KENDARAAN BERMOTOR MESIN BENSIN DI INDONESIA

Cahyo Setyo Wibowo, ST, MT; Ir. Maymuchar, MT; Ir. Reza Sukaraharja, MT; Ir. Herry Widhiarto, M.Si; Dimitri Rulianto, ST, MT; Riesta Anggarani, M.Eng; Lies Aisyah, M.Suist.Adv; Dra. Emi Yuliarita; Lutfi Aulia, ST
Contact : 0817815599
TAHUN  2014


I.             ABSTRAK
Perkembangan populasi dan teknologi mesin bensin pada kendaraan bermotor yang sangat pesat di Indonesia pada saat ini, harus diikuti pengembangan karakteristik bahan bakar minyak yang berkaitan dengan kinerja mesin. Salah satu yang sangat penting parameter pada penentuan spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin adalah nilai angka oktan. PPPTMGB “ Lemigas” telah melakukan studi mengenai penentuan nilai angka oktan bahan bakar jenis bensin di Indonesia, pada tahun 1976, 1978 dan 1983 sehingga saat ini kita ketahui bensin di Indonesia mempunyai nilai angka oktan (88, 91 dan 95).
Studi mengenai penentuan kebutuhan angka oktan bahan bakar minyak jenis bensin di Indonesia sangat bermanfaat baik untuk pemerintah sebagai penentu kebijakan, produsen, pabrikan kendaraan dan konsumen. Sehingga dengan berkembangnya teknologi mesin pada kendaraan bermotor jenis mesin bensin saat ini, secara umum akan menggunakan bahan bakar minyak yang memiliki angka oktan sesuai dengan kebutuhan mesinnya. Selain itu khususnya untuk pemerintah, studi ini sangat diperlukan untuk dapat memberikan masukan dalam bentuk data teknis awal dalam menentukan kebijakan pengaturan bahan bakar minyak bersubsidi.
Metodologi yang digunakan pada studi ini antara lain dengan melakukan survai dan konsultasi teknis mengenai kemampuan produksi kilang di Indonesia berkaitan dengan angka oktan pada bensin; perkembangan teknologi mesin kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia; populasi jenis kendaraan bermotor jenis mesin bensin di Indonesia; pabrikan, dealer dan pengguna kendaraan; selanjutnya diformulasikan dalam bentuk matriks rencana penentuan kebutuhan angka oktan kendaraan bermotor (octane requirement of a vehicle), agar tepat digunakan sesuai dengan populasi kendaraan bermotor jenis mesin bensin di Indonesia.
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah untuk mengetahui rencana penentuan angka oktan, sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya yang akan melakukan pengujian langsung pada berbagai jenis kendaraan bermotor untuk mendapatkan nilai angka oktan.


a.     Maksud studi ini adalah sebagai berikut:

Maksud kegiatan ini adalah melakukan kajian untuk mendapatkan gambaran level kebutuhan angka oktan kendaraan bermotor mesin bensin di Indonesia

b.  Tujuan dan manfaat studi:
  • Untuk mendapatkan data teknis produksi bahan bakar minyak jenis bensin di Indonesia
  • Untuk mendapatkan data teknis perkembangan teknologi mesin bensin yang beredar di Indonesia
  • Untuk mendapatkan data teknis perkembangan parameter angka oktan pada spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin nasional dan internasional
  • Untuk mendapatkan matriks dan gambaran level kebutuhan angka oktan untuk berbagai jenis kendaraan bermotor mesin bensin di Indonesia sebagai dasar kegiatan lanjutan di tahun 2015 yang akan dijadikan sebagai masukan untuk pemerintah dalam penentuan nilai angka oktan pada spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin di Indonesia.
 

Kamis, 01 Agustus 2013

PENELITIAN PEMANFAATAN LPG-DME DAN DME MURNI PADA MESIN DIESEL GENERATOR

Cahyo Setyo Wibowo, ST, MT; Ir. Maymuchar, MT; Ir. Reza Sukaraharja, MT; Ir. Herry Widhiarto, M.Si; Dimitri Rulianto, ST, MT; Riesta Anggarani, M.Eng; Lies Aisyah, M.Suist.Adv; Dra. Emi Yuliarita; Lutfi Aulia, ST
Contact : 0817815599



Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan kian berkembang kegiatan ekonomi dan kian bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung yang ditunjukkan oleh kian bertambah output serta beragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat, maka peningkatan kebutuhan energi adalah suatu hal yang tak bisa dihindari. Di tengah cadangan energi yang kian menipis, khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM), maka jelas keadaan ini sangat mengkhawatirkan. Dalam situasi seperti ini, maka diperlukan bahan bakar lain yang dapat menggantikan bahan bakar minyak ini. Dengan meningkatnya konsumsi solar dalam negeri, berarti impor dari luar negeri adalah hal yang tidak bisa ditunda lagi, jika tidak maka kekurangan energi tidak dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25% kebutuhan solar dalam negeri telah menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah pengurasan devisa negara. Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi dengan bahan bakar alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus pengadaannya (renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi kuantitas impor bahan baku tersebut. Diharapkan dengan menambah dan mensubstitusikan bahan bakar lain dalam jumlah sedikit bagian saja dalam solar akan menghemat devisa yang cukup berarti.
Dilain pihak DME telah banyak di aplikasikan untuk berbagai kebutuhan (sebagai solvent), namun apabila digunakan sebagai bahan bakar khususnya sebagai bahan bakar yang akan mensubstitusikan bahan bakar solar ataupun yang akan dikombinasikan dengan bahan bakar solar dimungkinkan memiliki karakteristik tersendiri yang perlu diantisipasi apabila berdampak bagi kualitas pembakaran yang dibutuhkan oleh mesin dieselKarakteristik DME yang memiliki angka setana yang cukup tinggi merupakan peluang untuk menggunakan bahan bakar tersebut dalam bentuk campuran dengan solar dengan sistem dual-fuel. Komposisi campuran kedua jenis bahan bakar ini akan sangat menentukan kualitas unjuk kerja (pembakaran) yang dihasilkan. Oleh karena itu, kajian terhadap bahan bakar  DME  sangat diperlukan sehingga diperoleh persentase kedua bahan bakar yang secara teknis dapat diaplikasi pada mesin diesel pembangkit listrik. Untuk itu perlu dilakukan studi aplikasi dan kinerja DME sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pembangkit listrik, sehingga akan diperoleh data teknis kinerja mesin diesel pembangkit listrik (generator) dengan bahan bakar DME dan campuran solar - DME.
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menguji karakteristik bahan bakar yang digunakan yaitu bahan bakar minyak solar dan DME dengan parameter uji viskositas, berat jenis, angka setana, distilasi, kandungan air, kandungan sulfur dan nilai kalori untuk bahan bakar solar, dan untuk DME parameter ujinya adalah berat jenis, tekanan uap, kandungan air dan komposisi. Pengujian kinerja pada mesin generator digunakan mesin diesel satu silinder penggerak generator yang berkapasitas 5,2 KVA. Pengamatan yang dilakukan adalah kestabilan operasional mesin, konsumsi bahan bakar, dan emisi  bila menggunakan masing-masing bahan bakar uji.   Khusus pengujian kinerja dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap 3 jenis pemasukan bahan bakar DME ke mesin generator yaitu mixer 1, mixer 2 dan mixer 3 menghasilkan bahwa mixer 1 dan mixer 2 tidak dapat dilakukan pengujian kinerja dikarenakan operasional mesin tidak stabil, putaran mesin yang dihasilkan terlalu rendah akibat terlambatnya pasokan bahan bakar serta terjadi panas berlebih pada air pendingin.
            Mixer 3 menghasilkan operasional mesin lebih stabil, walaupun terjadi panas berlebih bila menggunakan bahan bakar DME murni, sehingga untuk pengujian selanjutnya digunakan mixer jenis ini. untuk mengatasi panas berlebih maka diperlukan modifikasi sistem pendinginan mesin dan memperkecil tekanan kompresi pada ruang bakar dengan penambahan packing silinder head dan pemangkasan piston head.