Selasa, 14 Juli 2015

Konverter Kit BBG untuk Perahu Nelayan

Jumat, 26 September 2014
http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=927:konverter-kit-bbg-untuk-perahu-nelayan&catid=1:terkini&Itemid=1

“Sistem Konverter Kit PPPTMGB “LEMIGAS” ditargetkan mampu membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui penghematan BBM,” ucap Kepala PPPTMGB “LEMIGAS” , Bambang Widarsono saat memonitor uji coba sistem konverter kit bersama pemasangan baterei DC pada motor listrik perahu motor tempel nelayan di pantai Serangan, Sanur, Bali, tanggal 20 September 2014 .

Sistem konverter kit untuk perahu motor tempel nelayan merupakan modifikasi peralatan pada motor tempel pada perahu nelayan, yang umumnya berbahan bakar bensin atau solar untuk dikonversikan menjadi motor berbahan bakar LPG kapasitas 3 kg. Peralatan yang dirancang oleh Kelompok Program Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Aplikasi, PPPTMGB ”LEMIGAS” ini dilatarbelakangi oleh kesulitan nelayan dalam mendapatkan BBM dengan harga subsidi.

Proses penelitian ini diawali dengan survei terhadap nelayan di beberapa wilayah di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, KalimantaN dan Sulwesi. Tahap selanjutnya adalah analisa teknis mesin dengan Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang dan Jurusan Teknik Mesin, Universitas Diponegoro. Mesin yang dianalisa adalah motor tempel perahu nelayan dengan spesifikasi (160cc) 6.5 PK; (200cc); (160cc) 6.5 PK dan spesifikasi motor OHV (Over Head Valve). Mesin/motor OHV adalah mesin satu silinder dan dua langkah berbahan bakar bensin. Mesin umumnya digunakan sebagai tenaga penggerak, khususnya sebagai motor tempel pada perahu nelayan.

Kajian yang dilakukan meliputi konverter kit LPG untuk bahan bakar bensin, fuel sistem dengan bahan bakar bensin dan gas LPG, sistem keamanan penempatan tabung LPG. Berdasarkan kajian tersebut, PPPTMGB “LEMIGAS” merekomendasikan sistem peralatan konversi dengan bahan bakar LPG pada motor tempel pada perahu nelayan kecil berupa modifikasi konverter kit sebagai pengganti konverter kit dengan harga terjangkau.

Sebelumnya, sistem peralatan konversi tersebut telah diuji coba pada perahu nelayan di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Hasilnya konsumsi bahan bakar LPG lebih hemat dan efisien. Untuk jarak satu kilometer, LPG yang dibutuhkan ±0,2 LSP, sedangkan bahan bakar bensin membutuhkan ± 0,3 liter. M odifikasi sistem peralatan konversi masih terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik atau lebih efisien .

Reza menambahkan, biaya produksi sistem konverter kit PPPTMGB “LEMIGAS” lebih murah 20-25% dibandingkan konverter kit di pasaran. Nelayan dapat membeli dengan harga terjangkau karena tidak ada penggantian alat pada motor tempel namun hanya ditambah alat yang dapat mengkonversi mesin agar dapat dioperasikan dengan bahan bakar LPG.

Ia berjanji performa sistem konverter kit kelak dapat setara atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan konverter kit di pasaran atau motor berbahan bakar bensin. Ia optimis tujuan tersebut tercapai karena penelitian konverter kit PPPTMGB “LEMIGAS” yang diterapkan di mobil dan sepeda motor kini telah mencapai performa yang lebih baik dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar bensin. Ia yakin para nelayan akan sangat terbantu dengan teknologi tersebut.

Selain sistem konverter kit, pengujian juga diterapkan terhadap baterei ber kekuatan sampai 20 hp di kapal yang sama. Penelitian ini adalah sinergi antara PPPTKEBTKE dengan PT Buana Persada Internasional. Perusahaan ini mengembangkan teknologi “low energy input charger “ tanpa magnit yang menghasilkan listrik DC yang dapat digunakan pada listrik AC berdaya 220 Volt. Teknologi ini dapat menghidupkan peralatan listrik AC termasuk dinamo listrik yang menggerakkan kapal motor nelayan, sehingga dapat menggantikan ke BBM juga.

Putu Sunasa, salah satu nelayan yang mencoba pengujian kedua peralatan tersebut menyatakan, sistem konverter kit yang ditempel di perahu motor tempel. Tanpa perlu mengubah atau mengganti mesin, ia dapat menghemat pengeluaran bahan bakar. Usai mencoba baterai pada motor perahu tempel, ia juga memuji kinerja namun ia menyayangkan mahalnya harga baterai yang mencapai sekitar 50 juta rupiah. Ia berharap pemerintah daerah dapat memberikan bantuan berupa pengadaan alat atau kemudahan cara pembayaran dengan sistem cicilan ringan. (er)