Penelitian tahun 2010
Biodiesel sebagai energi alternatif dari minyak nabati memiliki peluang yang cukup besar sebagai pencampur bahan bakar minyak solar pada mesin diesel. Biodiesel merupakan hasil proses transesterifikasi CPO yang menghasilkan metal ester asam lemak (FAME) dan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan bentuk energy lain, diantaranya: lebih mudah ditransportasikan, memiliki kerapatan nergi pervolume yang lebih tinggi, memiliki karakter pembakaran yang relative bersih serta ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk menunjang kebijakan pemerintah melalui PP no. 5 tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2006 mengenai penyediaan dan Pemanfaatan bahan bakar nabati serta SK Dirjen Migas No 3675K/24/DJM/2006, Spesifikasi minyak solar yang didalamnya menetapkan maksimum kandungan biodiesel adalah 10%. Dari beberapa penelitian yang terdahulu bahwa dengan penambahan biodiesel pada minyak solar akan ada efek pada sistem pembakaran mesin yaitu peningkatan deposit pada ruang bakar mesin sehingga diperlukan suatu aditif yang bersifat sebagai pembersih pada ruang bakar.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan solusi dengan data teknis mengenai kebijakan pemerintah dengan menetapkan maksimum 10% kandungan biodiesel pada minyak solar yang selama ini masih banyak mendapatkan penolakan dari beberapa pabrikan kendaraan, yaitu dengan menambahkan aditif yang bersifat sebagai pembersih terhadap deposit yang diakibatkan penggunaan biodiesel pada minyak solar yang beredar di Indonesia.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : studi literatur mengenai bahan bakar minyak solar, biodiesel dan penggunaan aditif pembersih ruang bakar yang ramah lingkungan dan mudah didapat serta konsultasi teknis ke beberapa daerah, universitas dan instasi terkait penggunaan biodiesel; persiapan percontoh dengan mencampurkan minyak solar dengan biodiesel dengan komposisi: B-0, B-5, B-10, B-15, B-20, B-100 dan B-10+ aditif A dan B-10 + aditif B untuk dilakukan pengujian sifat fisika dan kimianya; pengujian kinerja untuk B-10 dan B-10+aditif B di mesin bangku uji multisilinder masing- masing selama 60 jam sesuai dengan metoda yang ada dengan tiap tiap jenis bahan bakar yang diuji dilakukan overhaul dan dilanjutkan dengan rating komponen; dari keseluruhan kegiatan pengujian kemudian dilakukan evaluasi dan laporan.
Dari hasil studi literatur pada penelitian ini didapatkan bahwa salah satu aditif yang berguna sebagai pembersih pada ruang bakar yaitu berbasiskan ethanol oleh Shelley D. Minteer, sehingga peneliti memformulasikan jenis aditif ini dalam campuran minyak solar dan biodiesel (B-10) yang selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisika kimia setelah itu baru dilakukan pemilihan untuk diuji kinerjanya di bangku uji multisilinder. Dari beberapa literatur didapat peningkatan deposit pada ruang bakar pada penggunaan bahan bakar minyak solar yang ditambahkan biodiesel diatas 10%.
Hasil uji sifat fisika kimia dari beberapa parameter yang diuji pada percontoh B-0, B-5, B-10, B-10+aditif A, B-10+aditif B, B-15, B-20 dan B-100, khususnya percontoh B-10 apabila dibandingkan dengan B-10+ aditif B didapat nilai viskositas menurun 19%, nilai CCR menurun 57,6%, nilai densitas menurun 0,24%, nilai angka setana menurun 1,4 %.
Hasil uji kinerja pada bangku uji multisilinder untuk bahan bakar B-10 dan B-10+aditif B pada daya penuh apabila dibandingkan maka didapat: nilai torsi puncak meningkat 1,2%, konsumsi rata-rata menurun 7,7%, nilai daya maksimum meningkat 3,4%.
Hasil evaluasi komponen yang dilakukan pada percontoh B-10 dan B-10+aditif B terhadap intensitas dampak atau deposit pada permukaan komponen mesin dengan penjelasan kualitatif mengenai ketebalan dan luas penyebarannya merupakan metode penilaian yang dikenal dengan nama Merit Rating dengan metode rating CEC/M02-T70 pada penelitian ini didapat sebagai berikut : Dari hasil rating pada piston dari dua bahan bakar yang digunakan terlihat terdapat perbedaan khususnya pada bagian top piston. Pada bagian ini terlihat bahwa deposit yang terbentuk pada pengujian yang menggunakan bahan bakar dengan aditif (B-10+aditif B) lebih bersih 3,94% dibandingkan dengan yang menggunakan bahan bakar tanpa aditif. Dari data hasil rating dan penimbangan berat deposit tersebut diperoleh nilai rating kepala silinder yang menggunakan bahan bakar dengan aditif (B-10+aditif B) lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan bahan bakar B-10 dengan perbedaan 6,29% dan berat rata-rata deposit kepala silinder yang menggunakan bahan bakar dengan aditif (B-10+aditif B) lebih ringan dari yang menggunakan bahan bakar B-10 dengan perbedaan 10,56%. Dengan demikian kepala silinder yang menggunakan bahan bakar dengan aditif (B-10+aditif B) lebih bersih dari yang menggunakan bahan bakar B-10. Selisih berat rata-rata untuk katup masuk yang menggunakan bahan bakar B-10 adalah 0,147 gr sedangkan dengan bahan bakar dengan aditif (B-10+aditif B) adalah 0,089 gr dengan perbedaan 39,36%. Sedangkan untuk katup keluar yang menggunakan bahan bakar B-10 adalah 0,960 gr sedangkan dengan bahan bakar dengan aditif (B-10+aditif B) adalah 0,320 gr dengan perbedaan 66,69%.
Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa dengan penambahan aditif pembersih ruang bakar didapatkan peningkatan efisiensi konsumsi bahan bakar, peningkatan daya dan tingkat kebersihan pada komponen mesin yang berkaitan dengan sistem pembakaran yaitu pada piston, kepala silinder dan katup, walaupun masih ada penurunan pada beberapa parameter sifat fisika kimia yang telah ditentukan spesifikasinya oleh Dirjen Migas sehingga diperlukan penelitian berkelanjutan untuk menyempurnakan formulasi aditif pembersih deposit ruang bakar akibat penggunaan biodiesel yang dicampurkan pada bahan bakar minyak solar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar