Senin, 24/09/2012 14:07 WIB
sumber : http://oto.detik.com/read/2012/09/24/140725/2032572/1207/tantangan-mobil-bbg-di-mata-pertamina
Jakarta - Niat pemerintah untuk melakukan konversi BBM ke BBG nampaknya sudah
cukup
kuat. Segala persiapan dilakukan. Meski begitu, Pertamina mengakui ada
beberapa hal yang menjadi tantangan untuk menyukseskan program tersebut.
Gas
Director PT Pertamina (Persero) Hari Karyuliarto menjelaskan kalau
Pertamina siap mendukung pemerintah untuk menyukseskan program konversi
BBM ke BBG yang diinginkan pemerintah.
Pertamina mengatakan kalau
target 72 persen angkutan umum akan menggunakan BBG jenis Compressed
Natural Gas (CNG) di akhir tahun 2014 nanti.
Untuk mencapai
target tersebut, Pertamina menurut Hari akan membangun 5 depo gas, 9
stasiun pengisian gas, 14 SPBG dengan pipa gas, 5 mobile refueling
statios (MRS) dan berbagai infrastruktur lainnya.
"Untuk itu pemerintah siap mengucurkan Rp 2,1 triliun untuk pembangunan infrastruktur," ujarnya di seminar the 7th Indonesia International Automotive Conference di IIMS, JI Expo Kemayoran, Jakarta, Senin (24/9/2012).
Lebih dari itu, Pertamina menurut Hari juga menyiapkan 14.200 buah konverter kit.
Tapi,
ada berbagai tantangan yang harus diperbaiki untuk mencapai tujuan
tersebut. Hari menuturkan ada berbagai hal yang harus segera dibenahi
seperti kualitas gas hingga sosialisasi mengenai regulasi dan aspek
keamanan ketika berurusan dengan gas.
"Masalah distribusi gas juga harus segera diperhatikan," tambahnya.
Urusan harga juga menjadi titik krusial selanjutnya setelah aspek teknis
tadi. Sebab, tanpa bantuan pemerintah, harga gas yang saat ini berada
di angka Rp 3.100 tidaklah dianggap menarik bila harga premium yang
merupakan bahan bakar minyak yang disubsidi masih Rp 4.500.
"Perbedaannya kecil. Ini membuat gas jadi tidak kompetitif," tuntasnya.
Faktor
lain yang mungkin mengganggu adalah kenyataan bahwa gas adalah sebuah
sumber daya yang tidak terbarukan. Ongkos operasional tangki CNG juga
termasuk besar di samping tidak sepenuhnya gas didaya-gunakan oleh
industri manufakturing yang ada di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar