Cahyo SW, MT; Lies Aisyah, M.Ad.Sus; Nanang Hermawan, ST; Dimitri R. MT; Herry Widhiarto, M.Si;
DISAMPAIKAN KEPADA:
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI
BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
PENDAHULUAN
Dalam
rangka menunjang program pemerintah dalam mencari energi alternatif fosil fuel
dari bahan baku terbarukan (Inpres No. 1 tahun 2006), biofuel merupakan bahan
bakar yang strategis, dimana bahan bakar jenis ini bersifat renewable energi atau dapat diperbaharui. Selain itu kajian ini juga untuk mendukung Peraturan
Menteri ESDM No. 25 Tahun 2013 tentang penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga
bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain. Berdasarkan Peraturan
Menteri tersebut, pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel (B100)
sebagai campuran bahan bakar minyak untuk transportasi PSO minimal 10% terhadap
kebutuhan total.
Pemanfaatan
biofuel (minyak nabati murni dan biodiesel) dilakukan sampai saat ini dengan mencampurkannya ke
dalam minyak solar, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil karekteristiknya
yang mendekati minyak solar. Sifat atau karakteristik
yang sangat mempengaruhi penggunaan biofuel jenis minyak nabati murni adalah
viskositas atau kekentalannya. Minyak nabati murni atau straight
vegetable oil (SVO) atau pure plant oil (PPO) mempunyai viskositas yang
tinggi (± 40 cSt), hal ini mencapai 10 kali lebih kental dari minyak solar yang
memiliki viskositas antara 2 sampai 5 cSt pada temperatur 40°C. Perbedaan viskositas yang cukup tinggi ini akan
berpengaruh negatif pada atomisasi penginjeksian bahan bakar pada mesin
sehingga terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada mesin. Hal ini
mengakibatkan turunnya daya mesin, konsumsi bahan bakar yang tinggi serta
karakteristik hasil pembakaran menunjukkan deposit karbon yang bersifat
sticking atau lengket, sehingga menyebabkan terjadinya tumpukan deposit yang
berlebihan dan tidak terbakar dalam ruang bakar mesin. Bila
berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan pada sistem kerja
mesin.
Proses transesterifikasi berhasil dalam
menurunkan viskositas minyak nabati murni menjadi 6-8 cSt sehingga mendekati
karakteristik viskositas minyak solar. Namun pada aplikasinya tidak dapat
digunakan secara 100%, masih dicampurkan dengan minyak solar sebesar maksimum
10% volume, dikarenakan dalam pemanfaatannya dapat menyebabkan terjadinya
penyumbatan pada saluran bahan bakar dan kerak atau deposit karbon yang
dihasilkan masih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar minyak solar.
Salah satu solusi yang dapat diupayakan
adalah dengan menambahkan aditif. Pada umumnya aditif bahan bakar yang sering
digunakan adalah metallic compound, hal ini memang diketahui dapat meningkatkan
mutu bahan bakar minyak, namun tidak ramah lingkungan karena dapat mencemari
lingkungan baik udara maupun air tanah. Aditif yang ditambahkan pada bahan
bakar sebaiknya ramah lingkungan, untuk itu sebaiknya digunakan aditif yang
berasal dari bahan nabati (bio-aditif). Bio-aditif yang dapat memperbaiki sifat
atau karakteristik bahan bakar minyak adalah jenis minyak atsiri misalnya minyak
atsiri jenis Serai Wangi (Cymbopogon
Nardus L).
Penambahan bioaditif minyak atsiri pada bahan
bakar diesel berfungsi sebagai reformulator bahan bakar untuk memperkaya
kandungan oksigen dalam bahan bakar sehingga dapat meningkatkan angka setana
sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna. Selain itu, dari hasil pengujian
menunjukkan penambahan bioaditif jenis ini pada kendaraaan roda empat dapat
menurunkan konsumsi bahan bakar 15-40% dibandingkan dengan tanpa bioaditif,
mempunyai sifat detergensi pada sistem bahan bakar mesin diantaranya fuel sistem sejak dari tangki, sistem
injeksi sampai dengan ruang bakar. Efek lainnya dari penggunaan bio-aditif ini
adalah dapat menyempurnakan proses pembakaran, menghaluskan suara mesin,
mempertahankan temperatur mesin pada kondisi nor sehingga dapat mencegah
terjadinya over heating, menurunkan kadar beracun emisi gas buang dan kepekatan
opasitas asap hitam dan tidak bersifat korosif (Sinar Tani, Edisi 24-30
November 2010)
II. KAJIAN UMUM PENGGUNAAN ADITIF RAMAH LINGKUNGAN PADA BIODIESEL
III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PENGGUNAAN
ADITIF RAMAH LINGKUNGAN PADA BIODIESEL
IV. KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
Rekomendasi
Penggunaan aditif
dispersan ramah lingkungan dari bahan nabati (bioaditif) dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan pada penggunaan bahan bakar biodiesel B-20.
Penambahan aditif dispersan dari bahan nabati mampu menaikkan kinerja bahan bakar B-20
dan menurunkan deposit pada komponen-komponen mesin.
herry 0817815599
herryscorvio@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar