Rabu, 16 Maret 2022

Litbang Teknologi Virtual Power Plant (VPP) dan Smartgrid untuk Meningkatkan Kualitas dan Sustainability dari Sistem Pembangkit Listrik Tersebar (Distributed Generations)

 Oleh Kelompok KTL (Ketenagalistrikan) P3Tek KEBTKE Kementerian ESDM

Virtual Power Plant (VPP) adalah pembangkit listrik terdistribusi berbasis cloud yang mengagregasi kapasitas sumber daya energi terdistribusi heterogen (Distributed Energy Resources-DER) untuk tujuan meningkatkan pembangkit listrik, serta memperdagangkan atau menjual daya di pasar listrik. VPP ini dapat juga merupakan bagian dari suatu sistem Smartgrid. Contoh pembangkit listrik virtual ada di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.

Pembangkit listrik virtual ini merupakan sistem yang mengintegrasikan beberapa jenis sumber pembangkit untuk memberikan pasokan energi yang andal secara menyeluruh. Sumber-sumber energi tersebut biasanya membentuk kelompok dari berbagai jenis sistem pembangkitan (Distributed generation - DG atau Flexible Load - FL) yang dapat berupa dispatchable dan non-dispatchable, terkontrol atau fleksibel yang dikendalikan oleh otoritas pusat dan dapat mencakup microCHPs, PLTG, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) skala kecil, fotovoltaik (PV), PLTA, PLTBm, Generator cadangan, dan sistem penyimpanan energi (Energi Storage Systems - ESS).

Penelitian dan pengembangan teknologi VPP dan smartgrid untuk meningkatkan kualitas dan sustainalbility dari sistem pembangkit listrik tersebar (Distributed Generations) ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari kemungkinan penerapan teknologi ini di Indonesia, mengingat Indonesia memiliki banyak sekali sistem pembangkit listrik tersebar yang kualitas dan keberlanjutannya masih terus ditingkatkan.

Energi baru terbarukan adalah energi yang bersifat intermitten, hal ini akan berpotensi menimbulkan masalah jika diintegrasikan secara besar ke grid. Untuk itu perlu dikembangkan teknologi smartgrid/microgrid, yaitu suatu teknologi yang dapat mengakomodasi penetrasi energi baru terbarukan skala besar ke jaringan listrik. Teknolgi smartgrid/microgrid ini memanfaatkan kemajuan teknolgi informasi sebagai sarana untuk memanajemen dan memonitoring pembangkitan, penyimpanan, dan penyaluran energi listrik.


Energy Storage System untuk mengkompensasi Perilaku Intermitensi PLT-EBT pada Sistem Tenaga Listrik

 Oleh Kelompok KTL (Ketenagalistrikan) P3Tek KEBTKE Kementrian ESDM

Sistem tenaga listrik konvensional menggunakan kombinasi pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan beban. Pembangkit-pembangkit konvensional memiliki biasanya menggunakan energi dari fosil seperti batubara, gas dan bahan bakar minyak. Variasi beban biasanya dikendalikan oleh pembangkit yang memiliki kemampuan penambahan dan pengurangan kapasitasnya dengan cepat, seperti Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga disel (PLTD).

Seiring dengan meningkatnya semangat memanfaatan sumber-sumber energi yang terbarukan yang ramah lingkungan seperti PLTS dan PLTB menimbulkan tantangan baru dalam menjaga stabilitas sistem tenaga, dikarenakan PLTS dan PLTB merupakan pembangkit yang sifatnya intermiten.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan meneliti solusi untuk mengatasi permasalahan stabilitas sistem tenaga listrik dengan masuknya PLT EBT Intermittent.


Litbang Teknologi Pembangkit Listrik Hibrida Off-Grid untuk Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)

 Oleh: Kelompok KTL (Ketenagalistrikan) P3TEK KEBTKE - KESDM


Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masih banyak daerah-daerah kecil yang tertinggal, terdepan dan terluar atau bias dikenal dengan daerah 3T. Daerah-daerah ini umumnya masih tidak tejangkau pembangunan infrastruktur, terutama infrastruktur energy. Hal ini berdampak pada semakin turunnya tingkat perekonomian dan pendidikan di daerah tersebut. Dengan adanya pengembangan insfrastruktrur energi di daerah 3T, diharapkan pertumbuhan ekonomi dan pendidikan penduduknya dapat meningkat. Salah satu infrastruktur energi yang sesuai untuk daerah 3T adalah sistem pembangkit listrik hibrida off-grid. Sistem pembangkit hibrida off-grid ini adalah sistem yang mengkombinasikan beberapa jenis pembangkit listrik berdasarkan pontensi sumber energi setempat, sehingga mempunyai tingkat kehandalan dan keberlanjutan pasokan energi yang tinggi meskipun tanpa terhubung ke jaringan listrik PLN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan meneliti solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di daerah 3T (tertinggal, Terdepan, danTerluar) akan ketersediaan energi listrik yang cukup dan berkelanjutan, sesuai dengan ketersediaan sumber energi yang ada di daerah tersebut.


Peningkatan Penetrasi Variable Renewable Energi (VRE) melalui Penguatan Sistem Kelistrikan

 oleh Kelompok KTL (KeTenagalistrikan) P3tek KEBTKE - Kementrian ESDM

Litbang Peningkatan Penetrasi Variable Renewable Energi (VRE) melalui Penguatan Sistem Kelistrikan pada tahun 2021 merupakan kegiatan integrasi penelitian dalam penguatan sistem kelistrikan yang terdiri dari 3 (lima) sub kegiatan, antara lain:

·     Litbang Teknologi Pembangkit Listrik Hibrida Off-Grid untuk Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)

·     Energy Storage System untuk Mengkompensasi Perilaku Intermitensi PLT-EBT pada Sistem Tenaga Listrik

·  Litbang Teknologi Virtual Power Plant (VPP) dan Smartgrid untuk Meningkatkan Kualitas dan Sustainability dari Sistem Pembangkit Listrik Tersebar (Distributed Generations)


Selasa, 15 Maret 2022

KAJIAN LIFE CYCLE SUSTAINABLE ASSESSMENT (LCSA) TEKNOLOGI BATERAI LITHIUM DAN PLTS ATAP

Oleh Kelompok TKL (Tekno Ekonomi, Konservasi dan Lingkungan) P3Tek KEBTKE - M. Indra Al Irsyad, S.T, M.S.E, M.A., dkk - Tahun Anggaran 2021


Penelitian ini bermaksud melakukan LCSA terhadap teknologi PLTS dan baterai lithium untuk pertama kali-nya di Indonesia. Studi LCSA untuk PLTS sudah dilakukan di beberapa negara seperti Australia (Yu and Halog, 2015) dan Inggris (Li et al., 2018). Sedangkan penelitian LCSA untuk baterai baru dilakukan di Cina (Zhang et al., 2020) sedangkan penelitian lain baru terbatas pada isu sosial saja (Zimmermann et al., 2015) ataupun pada jenis baterai alkaline (Tran et al., 2018). Studi ini akan mengembangkan penelitian LCSA yang telah ada sehingga mengikuti karakteristik sistem energi, aspek lingkungan dan sosial di Indonesia. Hasil dari studi ini akan mendukung program pemerintah terkait PLTS dan penggunaan baterai lithium sehingga program pemerintah mampu mengoptimalkan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Pemilihan teknologi PLTS dan baterai sebagai komoditi yang dianalisis dalam studi ini mempertimbangkan program-program strategis KESDM sebagai berikut: 

Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero);

Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan;

Program tabung listrik (Talis) sebagaimana arahan Presiden dalam Rapat Terbatas Kabinet 3 April 2020 untuk percepatan akses listrik di daerah terpencil

Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan kajian LCSA terhadap teknologi PLTS dan baterai. Hasil kajian diharapkan dapat meningkatkan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial dari program PLTS atap dan program KESDM yang terkait dengan penggunaan baterai lithium (yaitu kendaraan listrik, sepeda listrik, dan tabung listrik).  Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukan ke pemerintah terkait: Kebijakan yang diperlukan untuk menurunkan biaya serta meningkatkan TKDN PLTS dan baterai; Sistem penanganan limbah PLTS dan baterai yang telah habis masa pakai; Kebijakan untuk mendorong minat penggunaan oleh masyarakat; Proses produksi yang berkelanjutan.

Lingkup kegiatan kajian LCSA teknologi PLTS dan baterai. Analisis ekonomi, dan lingkungan dilakukan untuk setiap tahapan produksi PLTS dan baterai sebagaimana pada Gambar 3 dan 4. Lingkup analisis sosial akan mengikuti panduan yang disediakan oleh United Nations Environmental Protection (UNEP) terkait Social Life Cycle Assessment (SLCA) (Andrews et al. 2009).

Pe

Pilot Project Konversi Motor BBM ke Listrik, Komitmen Indonesia Wujudkan Energi yang Lebih Bersih

sumber: https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/08/18/2939/pilot.project.konversi.motor.bbm.ke.listrik.komitmen.indonesia.wujudkan.energi.yang.lebih.bersih

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
SIARAN PERS NOMOR: 282.Pers/04/SJI/2021, Tanggal: 18 Agustus 2021
Pilot Project Konversi Motor BBM ke Listrik, Komitmen Indonesia Wujudkan Energi yang Lebih Bersih

Dalam rangka percepatan penerapan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk transportasi jalan, serta sebagai rencana aksi transisi energi menuju energi bersih, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meluncurkan Pilot Project Konversi Sepeda Motor Mesin Penggerak Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Motor Listrik. Program KBLBB dalam Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) ditargetkan sebanyak 13 Juta sepeda motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik pada tahun 2030, dengan potensi pengurangan konsumsi BBM sebesar 6 juta kilo liter per tahun dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 7,23 juta ton CO2e.

Menteri ESDM mengapresiasi upaya dan kerja sama berbagai pihak sehingga pilot project konversi sepeda motor penggerak BBM menjadi motor listrik dengan tema "Merdeka Polusi Udara" dapat terwujud dengan baik.

"Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi besar bagi terlaksananya program ini, terutama kepada jajaran Kementerian Perhubungan melalui penerbitan Sertifikat Bengkel Konversi Sistem Penggerak Motor Listrik Pada Kendaraan Bermotor kepada Badan Litbang Kementerian ESDM dan Sertifikat Uji Tipe motor listrik, sehingga kami memiliki kesempatan untuk melaksanakan konversi sepeda motor konvensional menjadi kendaraan bermotor listrik," ujar Arifin di Bengkel Resmi Konversi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan EBTKE (P3TKEBTKE/P3Tek), Gunung Sindur, Bogor, Rabu (17/8).

Menteri Arifin juga berharap program konversi ini dapat menjadi pionir dan penggerak bagi penciptaan lapangan kerja serta UMKM baru, serta ketrampilan baru bagi generasi muda bangsa, para siswa SMK/vokasi, teknisi bengkel dan lainnya.

"Kami juga mengajak kepada Kementerian/Lembaga lain, Pemerintah Daerah, BUMN, pihak swasta termasuk Grab dan Gojek dengan kemitraan terlibat dalam program ini. Diharapkan kedepan kolaborasi dapat terus berjalan untuk konversi moda transportasi lainnya dan penyebarluasan pelatihan dan ketrampilan dalam rangka penerapan yang lebih luas," harap Arifin.

Program Kendaraan bermotor listrik berbasis baterai ini merupakan bagian dari transisi energi untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih, efisien, mengurangi impor BBM, menghemat devisa serta dapat menghemat subsidi BBM.

"Dengan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik juga harus didukung dengan penyediaan listrik berbasis energi bersih, untuk itu kami pun menargetkan pada tahun 2030 kapasitas pembangkit energi terbarukan mencapai 38 giga watt (GW)," jelas Arifin.

Pilot project konversi sepeda motor bensin menjadi sepeda motor listrik sesuai ketentuan dalam Permen Perhubungan Nomor 65 Tahun 2020, yaitu kegiatan modifikasi sepeda motor dengan mengganti komponen mesin lama (mesin penggerak bahan bakar minyak/bensin) dengan komponen motor listrik termasuk baterai atau disebut paket converter kit.

Pelaksanaan program konversi dilakukan pada pertengahan Agustus 2021 secara bertahap sampai dengan akhir November 2021. Obyek pilot project konversi adalah sepeda motor kendaraan operasional yang memiliki Nilai Buku per Juni 2021 nol rupiah. Pilot project ini menargetkan mengkonversi 100 unit sepeda motor yang tersebar di seluruh satuan kerja Kementerian ESDM wilayah Jabodetabek. Hingga 17 Agustus ini, sebanyak 17 unit telah diserahkan ke P3Tek, selain 10 unit yang sudah diselesaikan konversinya menandai diluncurkannya Pilot Project Program Konversi sepeda motor di lingkungan KESDM.

Sementara, manfaat program pilot project konversi 100 unit sepeda motor ini antara lain efisiensi/penghematan BBM sebanyak 1 liter per hari per unit atau total setahun 34 kL per tahun, penurunan emisi CO2 sebesar 0,72 ton per hari per unit atau total setahun sebesar 24,4 ribu ton CO2 per tahun, penambahan konsumsi listrik sebanyak 2 kwh per hari per unit atau total sebesar 72 MWH per tahun (asumsi 340 hari per tahun), dan Multiplier effect dari transaksi belanja komponen converter kit di dalam negeri dan sekaligus memberikan pelatihan ketrampilan baru bagi teknisi bengkel/siswa SMK/vokasi dan bengkel UKM.

Sebagai informasi, pelaksana jasa konversi atau modifikasi pelaksanaan program konversi ini adalah P3TKEBTKE, yang telah memperoleh sertifikat Bengkel Resmi Pemasangan, Perawatan dan Pemeriksaan Peralatan Instalasi Sistem Penggerak Motor Listrik pada Kendaraan Bermotor dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan pada 30 Juni 2021. Bengkel resmi tersebut berlokasi di Komplek Perkantoran P3TKEBTKE, Jalan Pendidikan Nomor 1 Pengasinan, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. (SF)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama 

Agung Pribadi