Minggu, 22 Mei 2011

Bahan Bakar Alternatif Dengan DiMethyl Ether

DiMethylEther (DME) merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti BBM. Layaknya biosolar, DME tergolong bahan alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat digunakan untuk mesin diesel serta untuk kompor gas sebagai bahan bakar rumah tangga.
MajariMagazine (Dec, 2008) – DME memiliki monostruktur kimia yang sederhana (CH3-O-CH3), berbentuk gas pada ambient temperature (suhu lingkungan), dan dapat dicairkan seperti halnya Liquefied Petroleum Gas (LPG) sehingga infrastruktur untuk LPG dapat juga digunakan untuk DME. DME adalah bahan bakar multi-source (dapat didapatkan dari banyak sumber), diantaranya dari gas alam, fuel oil, batubara, limbah plastik, limbah kertas, limbah pabrik gula, dan biomassa. Saat ini, DME diproduksi dari gas alam melalui reaksi dehidrasi metanol dan penggunaannya sebagian besar ditujukan untuk aerosol propellant (gas pendorong) pengganti CFC (chlorofluorocarbon) pada hair spray atau deodorant serta penggunaan yang terbatas sebagai bahan bakar rumah tangga berupa campuran (blending) DME-LPG.
Perkembangan DME
DiMethylEther termasuk bahan kimia tidak beracun, senyawa yang tidak mengandung unsur Sulfur (S) dan Nitrogen (N), sehingga memungkinkan emisi SOx, Nox, particulate matter, dan jelaga yang jauh lebih rendah dari solar. DME tidak bersifat korosif terhadap metal. Di China, pabrik DME komersial dengan kapasitas 30 ton per hari (10.000 ton/tahun) telah dibangun oleh Lituanhua Group Incorporation dengan lisensi teknologi dari Toyo Engineering Japan dan dioperasikan pada bulan Agustus 2003. Atas dasar keberhasilan ini, telah dilanjutkan pembangunan lainnya dengan kapasitas yang lebih besar (110.000 ton per tahun) dan telah dioperasikan pada akhir tahun 2005. Pada Desember 2006, China menandatangani kerjasama antara Lituanhua Group dan Toyo Engineering untuk pembangunan DME Plant dengan kapasitas 1 juta ton per tahun di Provinsi Mongolia, yang akan menjadi kilang DME terbesar di dunia.
Konsumsi DME di China saat ini diperkirakan mencapai 120.000 ton per tahun, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan aerosol propellant, bahan baku industri kimia, dan sebagian kecil digunakan untuk bahan bakar rumah tangga di-blending (campuran) antara DME dengan LPG. Di Jepang, konsumsi DME mencapai 10.000 ton per tahun, sebagian besar sebagai untuk aerosol propellant pada hair spray atau deodorant. Karena sifat dan kualitasnya yang hampir sama dengan LPG, Pemeritah Jepang merencanakan untuk mensubsitusi sebagian pemakaian LPG dengan DME.
Pemerintah Swedia, bersama Swedish Energy Agency, tengah melakukan penelitian pengembangan mesin diesel DME sebagai pengganti solar (gas oil) dan dijadwalkan akan selesai pada tahun 2010. Perusahaan otomotif Swedia, Volvo, telah mengembangkan mesin diesel DME untuk bus dan truk dan saat ini telah memasuki tahap pembuatan mesin diesel DME generasi ketiga. Demikian juga Nissan dari Jepang dengan proyek mesin diesel DME, 6900cc tipe PW 25A DME untuk kendaraan berat.
Proses Pembuatan DME
DME dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu melalui proses langsung dan proses tidak langsung. Melalui proses tidak langsung, methanol disintesis terlebih dahulu, diikuti dengan reaksi dehidrasi methanol, dan pada reaktor terpisah DME akan disintesis. Pda proses pembentukan langsung, syngas (H2 & CO) disintesis menjadi DME.
Prospek DME di Indonesia
Bahan baku pembuatan DME sangat beragam dan dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari gas alam, batubara, residu minyak, limbah plastik, limbah peternakan, limbah pabrik gula, hingga limbah kertas. Penggunaan blending DME-LPG untuk rumah tangga akan mengantisipasi kekurangan LPG di masa yang akan datang. Selain itu, sumber gas alam yang potensial dan belum teralokasikan dapat dipertimbangkan sebagai bahan baku pabrik DME di Indonesia guna mengantisipasi kebutuhan DME dunia: subsituen chlorofluorocarbon (CFC) pada aerosol propellant untuk hair spray, deodorant, dan kebutuhan kosmetik lainnya.
(inra/Pertamina, Wiki, SH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar