Selasa, 02 Desember 2014

MASUKAN KEBIJAKAN PENGGUNAAN ADITIF DISPERSAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGATASI DEPOSIT PADA RUANG BAKAR MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR BIOFUEL

Riesta Anggarani, ST, M.Eng;
Cahyo SW, MT; Lies Aisyah, M.Ad.Sus; Nanang Hermawan, ST; Dimitri R. MT; Herry Widhiarto, M.Si;



DISAMPAIKAN KEPADA:

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI




PENDAHULUAN

Dalam rangka menunjang program pemerintah dalam mencari energi alternatif fosil fuel dari bahan baku terbarukan (Inpres No. 1 tahun 2006), biofuel merupakan bahan bakar yang strategis, dimana bahan bakar jenis ini bersifat renewable energi atau dapat diperbaharui. Selain itu kajian ini juga untuk mendukung Peraturan Menteri ESDM No. 25 Tahun 2013 tentang penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain. Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut, pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel (B100) sebagai campuran bahan bakar minyak untuk transportasi PSO minimal 10% terhadap kebutuhan total.  
Pemanfaatan biofuel (minyak nabati murni dan biodiesel) dilakukan sampai saat ini dengan mencampurkannya ke dalam minyak solar, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil karekteristiknya yang mendekati minyak solar. Sifat atau karakteristik yang sangat mempengaruhi penggunaan biofuel jenis minyak nabati murni adalah viskositas atau kekentalannya. Minyak nabati murni atau straight vegetable oil (SVO) atau pure plant oil (PPO) mempunyai viskositas yang tinggi (± 40 cSt), hal ini mencapai 10 kali lebih kental dari minyak solar yang memiliki viskositas antara 2 sampai 5 cSt pada temperatur 40°C. Perbedaan viskositas yang cukup tinggi ini akan berpengaruh negatif pada atomisasi penginjeksian bahan bakar pada mesin sehingga terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada mesin. Hal ini mengakibatkan turunnya daya mesin, konsumsi bahan bakar yang tinggi serta karakteristik hasil pembakaran menunjukkan deposit karbon yang bersifat sticking atau lengket, sehingga menyebabkan terjadinya tumpukan deposit yang berlebihan dan tidak terbakar dalam ruang bakar mesin. Bila berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan pada sistem kerja mesin.
Proses transesterifikasi berhasil dalam menurunkan viskositas minyak nabati murni menjadi 6-8 cSt sehingga mendekati karakteristik viskositas minyak solar. Namun pada aplikasinya tidak dapat digunakan secara 100%, masih dicampurkan dengan minyak solar sebesar maksimum 10% volume, dikarenakan dalam pemanfaatannya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran bahan bakar dan kerak atau deposit karbon yang dihasilkan masih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar minyak solar.
Salah satu solusi yang dapat diupayakan adalah dengan menambahkan aditif. Pada umumnya aditif bahan bakar yang sering digunakan adalah metallic compound, hal ini memang diketahui dapat meningkatkan mutu bahan bakar minyak, namun tidak ramah lingkungan karena dapat mencemari lingkungan baik udara maupun air tanah. Aditif yang ditambahkan pada bahan bakar sebaiknya ramah lingkungan, untuk itu sebaiknya digunakan aditif yang berasal dari bahan nabati (bio-aditif). Bio-aditif yang dapat memperbaiki sifat atau karakteristik bahan bakar minyak adalah jenis minyak atsiri misalnya minyak atsiri jenis Serai Wangi (Cymbopogon Nardus L).
Penambahan bioaditif minyak atsiri pada bahan bakar diesel berfungsi sebagai reformulator bahan bakar untuk memperkaya kandungan oksigen dalam bahan bakar sehingga dapat meningkatkan angka setana sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna. Selain itu, dari hasil pengujian menunjukkan penambahan bioaditif jenis ini pada kendaraaan roda empat dapat menurunkan konsumsi bahan bakar 15-40% dibandingkan dengan tanpa bioaditif, mempunyai sifat detergensi pada sistem bahan bakar mesin diantaranya fuel sistem sejak dari tangki, sistem injeksi sampai dengan ruang bakar. Efek lainnya dari penggunaan bio-aditif ini adalah dapat menyempurnakan proses pembakaran, menghaluskan suara mesin, mempertahankan temperatur mesin pada kondisi nor sehingga dapat mencegah terjadinya over heating, menurunkan kadar beracun emisi gas buang dan kepekatan opasitas asap hitam dan tidak bersifat korosif (Sinar Tani, Edisi 24-30 November 2010)



II.   KAJIAN UMUM PENGGUNAAN ADITIF RAMAH LINGKUNGAN PADA BIODIESEL




III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PENGGUNAAN ADITIF RAMAH LINGKUNGAN PADA BIODIESEL



IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI



Rekomendasi
Penggunaan aditif dispersan ramah lingkungan dari bahan nabati (bioaditif) dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan pada penggunaan bahan bakar biodiesel B-20. Penambahan aditif dispersan dari bahan nabati mampu menaikkan kinerja bahan bakar B-20 dan menurunkan deposit pada komponen-komponen mesin.


herry 0817815599
herryscorvio@gmail.com
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar